Pentingnya Komunikasi antara Atasan dan Bawahan

Pentingnya Komunikasi antara Atasan dan Bawahan - inafina.com
Pentingnya Komunikasi antara Atasan dan Bawahan – inafina.com

Pentingnya Komunikasi. Dalam dunia bisnis, kesenjangan atau gap komunikasi telah menjadi hal yang sangat memprihatinkan.

Sejumlah data dan fakta membuktikan bahwa terdapat kesenjangan yang besar antara persepsi manajer dan anak buahnya (associate) dalam pemberian umpan balik (feedback) dan coaching.

(Baca juga: Gadai BPKB Motor – 1 Jam Cair & Proses Mudah)

Di banyak organisasi perusahaan, komunikasi antara atasan dan bawahan sering “tidak nyambung”, sehingga sebuah komunikasi yang intens menjadi hal penting bagi kelangsungan perusahaan.

Hasi survey Sistem Manajemen Performa (SMP) yang dilakukan Development Dimensions Indonesia (DDI) menyingkap hal ini.

Salah seorang Direktur DDI mengungkapkan, semua fase SMP menuntut setiap orang memiliki kemampuan berkomunikasi, yakni umpan balik.

Komunikasi adalah kuncinya, dan itu adalah keahlian yang harus dikuasai, bukan saja oleh manajer tetapi juga oleh bawahannya juga.

Pentingnya Komunikasi Atasan dan Bawahan 

pentingnya komunikasi di tempat kerja

Proses memberi dan menerima umpan balik itu musti dipelajari dan terus dilatih.

Terkadang manajer merasa memberikan umpan balik tapi belum spesifik sehingga bawahan bingung.

Manajer dan bawahan harus terasah komunikasinya dan mampu memberikan umpan balik secara spesifik.

Yang juga penting, manajer jangan hanya mengatakan, “Performa Anda baik” atau ”Performa Anda buruk”.

Namun, ada baiknya sebagai atasan dapat memberikan komentar yang disertai dengan rincian bukti baik atau buruknya performa bawahannya tersebut secara spesifik dan obyektif.

Rasa sungkan untuk menegur orang

Kesenjangan komunikasi yang juga kerap timbul adalah rasa sungkan menegur orang.

Ini adalah bagian dari kultur orang Indonesia yang sudah tertanam sejak lama.

Ketika menemukan kesalahan, atasan yang lebih muda biasanya sungkan menegur bawahan yang lebih tua usianya atau yang sudah lebih lama di unit bisnis yang dia pimpin.

Lingkungan kerja atau suasana yang kondusif memang bisa memicu keharmonisan hubungan komunikasi antara atasan dan bawahan.

Namun, ada beberapa aspek yang juga dinilai penting, seperti penghargaan terhadap suatu ide atau masukan yang konstruktif bagi perusahaan, rasa saling percaya satu sama lain, pemahaman yang baik terhadap suatu perubahan dan keinginan saling membantu antar kelompok pekerja atau antar departemen.

Manajer Indonesia belum bisa menerima perbedaan cara kerja

komunikasi di tempat kerja adalah

Dibandingkan manajer di negara lain seperti di eropa, jepang atau amerika, manajer di Indonesia masih belum bisa menerima perbedaan cara kerja.

Namun, kerjasama saling membantu antar unit organisasi perusahaan di Indonesia begitu menonjol dibanding perusahaan di luar negara ini.

Dampak dari “kekakuan” manajer di Indonesia yang kurang bisa menerima perbedaan, menjadikan orang yang punya terobosan menjadi terkekang dan merasa tidak berguna.

Akibatnya, bawahan yang memiliki ide kreatif menjadi tidak bisa melakukan sesuatu yang positif bagi perusahaan.

Terciptanya gap komunikasi antara manajer dan bawahannya adalah berawal dari persepsi.

Persepsi ditentukan oleh interpretasi seseorang terhadap informasi yang diperoleh dari lingkungan tempat ia berada atau bekerja.

Manajer yang punya persepsi buruk terhadap bawahannya, otomatis ia menciptakan gap komunikasi antara dirinya dengan bawahan.

Apalagi, bila seorang manajer adalah tipikal orang yang mudah percaya rumor atau “Tukang gosip”.

Akibatnya, kesenjangan makin mudah tersulut dan akan berdampak pada kinerja seluruh bawahannya.

Salah persepsi juga bisa timbul dari cara pandang manajer yang demografis, misalnya mempertimbangkan suku, agama, ras, alumni, atau catatan demografis lainnya.

Manajer harus selalu bersikap positive thinking. Komunikasi yang ideal, akan muncul melalui hubungan kesetaraan, atau hubungan kolegial.

Atasan dan bawahan berada di garis sejajar. Namun kondisi seperti itu menuntut bawahan yang tidak pasif.

Bawahan juga harus kritis dan agresif. Selain itu manajer harus memiliki persepsi yang baik terhadap bawahan serta menciptakan apresiasi bagi mereka.

 

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.