Buah Kreativitas Memandang Pasar, Apa Maksudnya?

Buah Kreativitas Memandang Pasar - inafina.com
Buah Kreativitas Memandang Pasar – inafina.com

Buah Kreativitas Memandang Pasar. Bila Anda pecinta film thriller, pasti tidak melewatkan Leon, The Professional. Sebuah film yang disutradarai oleh Luc Benson ini diputar di bioskop Indonesia pada 1994. Yang membuat saya terkenang dengan film itu, bukanlah adegan kekerasan yang diperankan secara apik oleh Jean Reno, tetapi karakter bintangnya yang unik.

Biasanya, pembunuh berdarah dingin digambarkan sebagai sosok yang sangar, punya kebiasaan mengunjungi bar dan menghabiskan berbotol-botol minuman keras. Leon, tokoh utama film ini, digambarkan sebagai sosok yang humanis, menyukai tanaman dan sempat bingung ketika jatuh cinta pada gadis ingusan.

Setiap selesai menjalankan operasinya sebagai pembunuh bayaran, ia tak pernah lupa mampir ke toko membeli susu. Ia memang hobi minum susu. Di akhir film, Leon terjebak dalam kesulitan karena pasukan SWAT menguntit Mathilda, kekasih ingusannya yang baru pulang dari membelikan susu untuk sarapan paginya.

Tentu, bukan film itu yang hendak saya bahas, tapi orang yang fanatik minum susu. Leon dalam film itu berumur sekitar 45 tahun. Namun, ia rajin minum susu. Bagi masyarakat Barat yang sadar makna gizi, minum susu jadi kebiasaan.

Bagi orang Indonesia, susu masih dianggap sebagai pelengkap. Ingat kampanye “4 sehat 5 sempurna”? Susu masih dianggap sebagai minuman pelengkap yang menyempurnakan menu makanan.

Tak heran, konsumsi susu Indonesia berkisar 6,5 liter/kapita/tahun, jauh tertinggal dibanding negara-negara tetangga sekalipun. Bahkan, seorang ahli gizi dengan sarkastis menyebutkan, konsumsi susu per kapita Indonesia adalah 15 tetes/hari. Namun justru karena itulah, pasar susu di Indonesia kian membesar seiring meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya gizi.

Saya mempunyai teman yang menderita gejala pengapuran tulang (osteoporosis), sehingga harus minum susu berkalsium setiap hari. Sehari lupa minum susu, lutut terasa ngilu. Sebulan dia menghabiskan rata-rata dua kaleng susu ukuran 400 gram. Coba bayangkan, berapa banyak penderita osteoporosis di negara ini?

Karena pasarnya yang potensial itu, sejumlah pemain, baik lokal maupun asing, bersaing ketat dalam menggarap pasar. Pemain di industri susu yang lama kita kenal adalah Sari Husada, Indomilk, Nestle dan Friesche Flag.

Lalu, muncul pemain lain seperti New Zealand Milk, Abbot dan Mead Johson. Lambat laun susu menjadi industri yang mature. Dalam kondisi ini, dituntut kreativitas para pemain dalam merebut pasar.

Muncullah segmen-segmen yang mengarah ke ceruk pasar. Saya selalu mengatakan, segmentasi bukanlah cara membagi-bagi pasar secara tradisional, melainkan cara memandang pasar secara kreatif.

Dulu mungkin kita hanya mengenal susu segar dalam botol yang diantar setiap pagi ke rumah-rumah. Produk ini masih berupa komoditas yang hanya dihargai dengan nilai tertentu per liter.

Susu tersebut hanya tahan beberapa waktu untuk dikonsumsi. Sejak industri susu makin berkembang, muncullah beraneka pilihan. Awalnya, sebagian besar pemain membagi segmen susu atas golongan umur secara tradisional, dengan melihat konsumen tradisional susu.

Baca Juga : Tips Sukses Bangkit dari Kebangkrutan

Namun, dengan semakin tingginya kesadaran akan gizi, pengguna susu dilihat dari umur mulai berkembang. Belakangan para pemain semakin kreatif dengan menambahkan varian-varian tertentu dalam susu, sehingga memiliki nilai tambah dari sekadar minuman pelengkap. Zat yang sering ditambahkan, antara lain kalsium, DHA, ARA, Omega 3 dan EPA.

Bermunculanlah bermacam-macam pilihan yang semakin mengarah ke ceruk. Susu bukan lagi melulu makanan tambahan untuk bayi dan anak-anak.

Ini bisa dilihat dari munculnya susu untuk menambah kecerdasan, untuk ibu hamil, untuk bayi yang lahir prematur, untuk penderita diabetes, bagi orang yang sedang menjalani proses penyembuhan serta untuk penderita osteoporosis.

Bagi Anda yang merasa enek karena bau susu yang cenderung amis, jangan khawatir karena tersedia susu berbagai rasa. Saat ini tidak hanya rasa cokelat yang sudah lama kita kenal, ada sejumlah rasa lain seperti stroberi dan vanila.

Bagi yang ingin tetap sehat tapi takut gemuk, jangan khawatir, karena ada susu non fat atau susu rendah kalori. Bahkan, belakangan muncul pula susu khusus laki-laki.

Apa artinya? Untuk menjadi pemimpin industri susu – industri yang telah masuk first curve, dibutuhkan kreativitas membesarkan pasar, melalui penciptaan berbagai segmen atau ceruk.

Segmen atau ceruk tersebut tidak lagi berdasarkan demografis yang tradisional, tapi di kombinasikan dengan psikografis dan behaviour. Apalagi, teknologinya memungkinkan terciptanya berbagai susu untuk kebutuhan beragam.

Yang menarik, selain memungkinkan terciptanya berbagai segmen atau ceruk baru, perkembangan teknologi juga memungkinkan sejumlah pemain tidak menjadikan susu sekadar komoditas alias bersaing dalam harga.

Itulah sebabnya, jumlah pemain yang masuk pun semakin bertambah. Bukan hanya karena ukuran pasar yang besar, tapi juga karena pada saat yang sama terbuka kesempatan mendapatkan margin yang besar.

Terutama, melalui terciptanya berbagai segmen atau ceruk baru yang potensial. Inilah sebenarnya inti pandangan saya mengenai segmentasi sebagai buah kreativitas dalam memandang pasar.

(sumber : Hermawan Kartajaya - Pakar Marketing Terbaik di Dunia sekaligus guru saya)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.